PILKADA SERENTAK 2018
PALING AKBAR, PALING MAHAL, “PERANG” AWAL PEMILU 2019
(Bagian
Kedua/Menakar persaingan parpol di
Provinsi “Raksasa”)
Komisi Pemilihan Umum
(KPU) di tiap Daerah yang menyelenggarakan Pilkada telah menetapkan Pasangan
Calon yang berhak untuk ikut serta dalam tahapan Pilkada pada 12 Pebruari 2018,
gambaran dari kekuatan politik setiap calon serta peta persaingan antar Partai
Politik mulai kelihatan. Koalisi antara
Partai Politik pendukung Pemerintah dan “oposisi” membuat Pilkada semakin menarik, di Sumatera
Utara Partai Nasdem, Hanuran dan Golkar bergabung dengan PKS, PAN dan Gerindra
melawan Pasangan Calon yang diusung PDI Perjuangan dan PPP, di Kalimantan Barat
PDI Perjuangan berkoalisi dengan Demokrat sementara di Pilkada Jawa Barat
menghasilkan 4 Pasangan Calon dengan koalisi yang berbeda, hal ini sebenarnya
memberi hal positif dalam proses perpolitikan, sebab “persaingan” di DPP tidak
selamanya diteruskan ke tingkat Daerah, Indonesia sebagai negara yang majemuk,
populasi besar dan beraneka ragam Suku, agama dan kebudayaan mampu
menerjemahkan Demokrasi di tengah pluralisme dan peradaban yang ketimuran.
Kekuatiran
berlebihan
Pilkada 2018 yang
berdekatan dengan Pemilu 2019 memunculkan kekuatiran dan kecemasan pada
penyelenggaraannya, potensi konflik karena perbedaan pilihan, politik identitas
yang sempit, isu agama dan sentimen kesukuan menjadi indikator untuk menentukan
potensi kerawanan tiap-tiap daerah. Tetapi ada kabar baik, bangsa Indonesia
sebenarnya adalah bangsa yang telah terbiasa dengan perbedaan dan demokrasi,
Politik Identitas itu sendiri adalah bagian dari perkembangan Demokrasi apalagi
di tengah-tengah negara yang beragama, pilihan politik seseorang yang
dilandaskan pada keyakinannya adalah sesuatu hal yang lumrah dan harus
diterima, tugas Negara adalah memberi pilihan dan kesempatan memilih kepada
warganya. Proses Pilkada juga dapat dijadikan sebagai barometer tipikal
pemilih, apakah Pemilih Rasional, Pemilih Emosional (Politik Identitas) atau
Pemilih Material (memilih karena uang/pemberian materi).
Pilkada
di Provinsi “Raksasa”
Ada 17 Provinsi yang
menyelenggarakan Pilkada pada Pilkada Serentak 2018, dan Provinsi-provinsi
raksasa (jumlah penduduk terbanyak ) ikut di dalamnya antara lain; Jawa Barat,
Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan dan
lainnya, hampir 80 persen Penduduk Indonesia ada di 17 Provinsi ini dari 34
Provinsi yang ada, dari 575 Kursi DPR RI yang tersedia, sebanyak 435 Kursi
berasal dari 17 Provinsi ini, tentu Partai Politik akan berusaha sebisa mungkin
meraih suara di Provinsi-provinsi ini, Pilkada 2018 yang menjadi ajang menaikkan popularitas Partai
Politik melalui Pasangan Calon yang diusung, kemenangan Pasangan Calon yang
diusung apalagi berasal dari Kader sendiri akan menjadi modal berharga bagi
Partai Politik untuk menghadadapi Pemilu 2019, Pelaksanaan Pilkada 2018 pada
tanggal 27 Juni 2018 berdekatan dengan Penetapan Calon Legislatif dan Calon
Presiden serta masa kampanye Pemilu 2019 sehingga hasil Pilkada akan kuat mempengaruhi hasil Pemilu
2019. Ada 5 Provinsi urutan teratas
Jumlah Penduduk Indonesia dan ikut dalam Pilkada serantak 2018, Provinsi ini
juga penyumbang terbesar Kursi DPR RI yaitu Jawa Barat (91 kursi), Jawa Timur
(87 kursi) Jawa Tengah (77 Kursi), Sumatera Utara (30 kursi) dan Sulawesi
Selatan (24 kursi), artinya 309 kursi (lebih dari 50 persen suara) ada di 5
Provinsi ini, Partai Politik akan mempersiapkan diri lebih fokus di Provinsi
ini, dan tentu ekonomi juga akan ikut terpengaruh akibat biaya politik yang
ditumpahkan di 5 Provinsi ini.
Pada kesempatan yang
sama di tahun Politik ini, Partai Politik yang berkoalisi akan berusaha
memenangkan Pasangan Calonnya di penyelenggaraan Pilkada, tetapi di satu sisi
Partai Politik tersebut akan bersaing lagi merebut hati pemilih untuk perolehan
suara di Pemilu 2019, kemudia beberapa Partai yang berkoalisi akan bergabung
lagi/ berkampanye bersama-sama untuk calon Presiden/Wakil Presiden yang
diusung, Pemilih akan disajikan peristiwa menarik di saat ada Partai Politik
yang bersama-sama berkampanye untuk Pasangan Calon Gubernur, kemudia bersaing
untuk mengkampanyekan Caleg masing-masing dan kemudian berteman lagi untuk
mengkampanyekan Calon Presiden/Wakil Presiden mereka, dan ada juga Partai
Politik yang sudah berseberangan dari Pilkada sampai ke Pilpres, inilah sisi
yang sangat menarik dari wajah Demokrasi Indonesia saat ini, yang jauh lebih
layak untuk dicermati dibanding dengan kekuatiran yang ditimbulkan oleh Politik
Identitas ataupun sentimen SARA.
Daripada mencemaskan
dan menambahi kekuatiran akan potensi konflik akibat Pilkada serta dampak buruk
ekonominya, lebih baik ikut serta mengkampanyekan Pilkada dan Pemilu Damai,
triliunan rupiah APBD dan APBN dikeluarkan oleh negara untuk pembiayaan Pilkada
dan Pemilu, diharapkan hasil proses Demokrasi ini akan menaikkan Derajat Bangsa, menghasilkan Pemimpin amanah yang orientasi kerjanya semata-mata
untuk kemakmuran dan kesejahteraan warga negara, Penyelenggara Pemilu, Peserta
Pemilu dan Pemilik hak suara akan bersama-sama melaksanakan fungsinya,
Demokrasi untuk kemajuan bangsa.
Lanjutan dari Bagian satu;
http://pabercolombus.blogspot.co.id/2017/03/pilkada-serentak-2018-paling-akbar.html
Lanjutan dari Bagian satu;
http://pabercolombus.blogspot.co.id/2017/03/pilkada-serentak-2018-paling-akbar.html